Latar belakang
penulisan opini “Hukuman untuk Para Koruptor” ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah IBD (Ilmu Budaya Dasar) yang diberikan oleh Dosen IBD,
Bapak Thamrin Dahlan, M.Si. Saya akan menuangkan pendapat saya mengenai hukuman
untuk para koruptor. Tema dari tulisan ini adalah Manusia dan tanggung jawab.
Kacang
lupa kulitnya, mungkin pepatah tersebut cocok untuk menggambarkan sifat para
koruptor. Kian tahun semakin banyak para politisi yang melakukan praktek
memakan uang haram yang bukan miliknya. Seakan mereka tidak takut terhadap dosa
yang telah mereka perbuat.
Dahulu
ketika berkampanye begitu banyak mengumbar janji-janji palsu demi meningkatkan
kesejahterahan dan kenyamanan untuk rakyat. Tetapi ketika diri nya sudah
terpilih sebagai wakil rakyat, lantas mereka lupa akan janji apa yang telah
mereka umbar. Dengan berjelimangan harta, mereka tidak sungkan melakukan
tindakan haram yaitu korupsi.
Lalu
hukuman apa yang pantas untuk para koruptor? Hukuman penjara nampaknya bukan
momok yang menakutkan bagi para pelaku koruptor. Seakan tidak jera dengan
contoh para koruptor yang terdahulu, koruptor-koruptor muda juga telah
bermunculan, sebut saja Gayus Tambunan.
Apakah
seharusnya Pemerintah Indonesia menetapkan hukuman mati kepada para koruptor?
Jika Pemerintah menetapkan hukuman mati kepada para koruptor, pastilah para
koruptor akan takut melakukan korupsi.
Menurut
saya cara lain menjatuhkan hukuman untuk para koruptor adalah hukuman penjara
seumur hidup tanpa diberikan grasi dan menyita harta benda mereka. Hukuman
memisikinkan para koruptor harus benar-benar dilaksanakan dengan baik, dengan tidak
adanya praktek curang di dalamnya.
Dahulu
para politisi berlomba-lomba berkampanye untuk meloloskan diri mereka menjadi
wakil rakyat. Pastilah dana yang mereka keluarnya juga begitu besar, sehingga
setelah mereka terpilih menjadi wakil rakyat, mereka mengharapkan pendapatan
yang lebih dari apa yang telah mereka keluarkan pada kampanye. Memang tidak
semua politisi bersifat begitu, saya yakin masih ada poitisi yang benar-benar
berjuang untuk rakyat.
Penyeleksian
para politsi dan wakil rakyat haruslah lebih di seleksi lagi. Bimbingan rohani
juga harus diberikan untuk para politisi yang terpilih, agar mereka lebih bisa
mengingat akan Tuhan.
Demikian
opini saya kali ini, kurang lebih nya mohon maaf, terima kasih J
0 komentar:
Posting Komentar